Minggu, 27 November 2011

UBUD, BUMI SEHAT, DAN ROBIN LIM

Di depan sawah
Tidak terasa sudah sebulan aku tinggal di Ubud. Sekarang usia kehamilanku telah memasuki 31 minggu. Kalau dihitung dari HPL (Hari Perkiraan Lahir) berarti kurang 9 minggu lagi. Waktu berlalu dengan cepat. Meskipun pada awalnya aku sempat bimbang untuk berangkat ke Ubud dan tinggal di sini sendirian ternyata semakin hari aku semakin bersyukur karena telah menuruti kata hatiku untuk datang. 

Sawah Terasering
Ubud, suatu kota kecil termasuk wilayah kabupaten Gianyar, mulai aku kenal ketika membaca novel Eat, Pray, Love - nya Elizabeth Gilbert. Tempat yang cocok untuk peristirahatan ini masih memiliki hamparan sawah terasering di mana-mana. Suasana yang tenang dan religius. Setiap pagi aku terbangun oleh suara kokok ayam dan kicau burung. Berbeda dengan rumahku di Manokwari yang bersebelahan dengan sebuah sekolah. Jam 6.30 WIT suara motor dan mobil sudah menderu-deru yang bagiku merusak suasana pagi yang hening. Di Ubud raga dan jiwaku mendapatkan ketenangan yang dibutuhkannya untuk menyambut tugas baru yaitu menjadi seorang ibu. Tapi jangan bertanya tentang berapa banyak tempat yang sudah aku kunjungi di Ubud karena aku ke sini bukan untuk pelesiran sehingga aku tidak berniat melelahkan tubuhku dengan perjalanan. Satu-satunya tempat yang sering aku kunjungi adalah Bumi Sehat di Banjar Nyuh Kuning, dekat tempat wisata Monkey Forest.

Semakin sering mengunjungi Bumi Sehat aku semakin menyukai suasananya. Orang-orang yang ramah, bekerja dengan hati, dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada siapapun, kaya maupun miskin. Melalui Bumi Sehat aku berkenalan dengan yoga dan akupunktur, dua tradisi tua Asia yang sudah diakui kehebatannya oleh dunia. Yoga membantuku mengerti bagaimana bernapas dan postur tubuh yang benar sehingga dalam kondisi hamil aku tetap merasa nyaman. Akupunktur membantu meredakan stres dan melancarkan aliran energiku. Keduanya membuatku semakin hari semakin bertenaga. Karena itulah biarpun dengan perut yang semakin membesar aku tetap bisa mengurusi diriku sendiri. 

Bumi Sehat juga membuatku teringat pada toko bukuku di Manokwari. Sebenarnya semangatku mengelola toko buku itu sudah melemah. Mungkin karena kondisi emosionalku ketika hamil. Tetapi melihat semangat orang-orang di Bumi Sehat, aku seperti terbangun dan menyadari bahwa selama ini yang aku lakukan di Manokwari sudah sesuai dengan panggilan hatiku. Aku menyukai buku dan mengalami banyak pencerahan melalui buku sehingga aku juga ingin orang lain mendapatkannya juga. Itulah motivasi utamaku dulu membuka toko buku di tempat di mana buku masih sulit didapatkan. Hatiku berkobar-kobar oleh semangat untuk mengelola toko bukuku  menjadi lebih baik daripada sekarang ketika aku sudah kembali nanti. Dan aku tidak lagi merasa gentar dengan semua tantangan yang mungkin akan datang. Aku adalah jiwa dari toko buku itu, mirip dengan Ibu Robin Lim yang merupakan jiwa dari Bumi Sehat.

Saat ini dengan yakin aku bisa mengatakan bahwa Robin Lim adalah idolaku. Terakhir aku memiliki idola adalah ketika berumur 14 tahun. Setelah itu aku belum menemukan orang-orang yang membuatku terkagum-kagum. Ibu Robin Lim sekarang berusia 55 tahun. Aku sering bertemu perempuan-perempuan berusia 50 tahunan-an tetapi belum ada yang seperti dia. Wajah Ibu Robin sudah dipenuhi dengan keriput. Rambutnya pun mulai memutih. Tetapi aku melihat dia cantik dalam busana sehari-hari yang sederhana. Wajahnya selalu bersinar dan penuh cinta. Begitu pula kata-katanya. Tidak segan-segan dia mengucapkan, "I love you" pada keluarga, teman, dan pasiennya. Hanya berdekatan dengan Ibu Robin aku merasa hatiku dipenuhi dengan cinta. Aku ingin seperti dia. Semakin tua bukan semakin penuh ketakutan seperti yang terjadi pada mayoritas orang, tetapi semakin kaya dengan cinta, keberanian, dan pekerjaan baik. "Ibu Robin, I love you, too."

Mengenal Ubud, Bumi Sehat, dan Ibu Robin Lim ibarat menemukan harta karun bagiku, dan mungkin juga suatu titik balik untuk hidupku. Di sini aku mengalami pemulihan dan kesembuhan bagi tubuh dan jiwaku serta penguatan kembali untuk panggilan hatiku di Manokwari. 


The basic foundation of humanity is compassion and love. This is why, if even a few individuals simply try to create mental peace and happiness within themselves and act responsibly and kind-heartedly towards others, they will have a positive influence in their community. -- Dalai Lama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar