Kamis, 22 Desember 2011

BELAJAR BERNAPAS

Banyak teman yang bertanya apa saja kegiatanku selama menunggu persalinan di Ubud. Aku menjawab bahwa aku hidup seperti biasa: tidur, bangun, mandi, membersihkan tempat tinggalku, mencuci dan menyetrika pakaian, menyiapkan keperluan bayiku, menyiapkan makanan,  makan, berjalan-jalan di sekitar tempat tinggalku, belanja, internetan, berbicara via telepon dengan keluarga, ikut prenatal yoga tiap Selasa dan Kamis, dan ikut akupunktur tiap Sabtu. Kegiatan yang biasa-biasa saja sampai aku menyadari bahwa ada satu kegiatan yang memang khusus aku pelajari selama di Ubud yaitu belajar bernapas dengan benar.


vasantswaha.net
Dari dulu aku sudah bernapas dan karena itulah aku masih hidup sampai sekarang. Tetapi aku baru menyadari bahwa caraku bernapas belum benar. Aku kurang bahkan tidak menyadari napasku ketika melakukannya. Melalui yoga aku dilatih untuk bernapas secara sadar. Setiap kali melakukan stretching pasti ada bagian otot yang terasa agak sakit. Di situ aku berlatih untuk menapasi bagian tubuhku yang sakit itu dengan cara mengarahkan napasku ke area tersebut. Setelah beberapa napas aku bisa merasakan intensitas sakitnya berkurang bahkan hilang. Jika aku mampu secara natural menapasi bagian-bagian tubuhku yang sakit maka proses kehamilan dan persalinan akan menjadi lebih mudah dan nyaman untukku. Hal ini sudah aku alami juga ketika sedang mendapat treatment akupunktur. Bernapas dengan sadar dan menapasi bagian tubuhku yang akan ditusuk jarum (dan pada saat jarum akan dicabut juga) membuatku tidak merasakan sakit.


Melalui artikel-artikel di Self-Healing Secret aku mendapat informasi bahwa napas memegang peranan penting dalam proses penyembuhan tubuh. Dengan bernapas benar kita menjadi rileks. Rasa rileks ini memberi ijin kepada tubuh kita untuk melakukan apa saja yang diperlukan pada waktu proses penyembuhan. Tubuh kita sebenarnya sangat jenius tetapi emosi-emosi negatif seperti ketegangan dan ketakutan yang kita alami membuat proses penyembuhan dalam tubuh menjadi terhambat bahkan terhenti. 


Seorang sahabat pernah bertanya kepadaku begini, "Bagaimana kita bisa mendengarkan suara hati sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan?" Terus terang sulit bagiku untuk menjawabnya. Biasanya aku berkata, "Kita harus tenang." Jawaban yang tidak memuaskan karena masih abstrak dan akan berlanjut menjadi pertanyaan, "Bagaimana supaya bisa tenang?" Untuk ini pun aku baru menyadari bahwa ketenangan bisa aku capai dengan bernapas secara sadar. Saat panik aku cenderung menggunakan otak (yang juga dalam kondisi panik) untuk memikirkan jalan keluar yang harus aku ambil sesegera mungkin. Hal ini membuatku menahan napas atau bernapas pendek-pendek. Hasilnya aku tidak mencapai ketenangan dan mengenali petunjuk. Sebaliknya ketika aku mampu berfokus pada napasku maka dengan sendirinya perhatianku tertuju pada hati (heart) tempat di mana semua jawaban untuk setiap permasalahan hidupku sudah tersedia. Dengan menarik napas panjang beberapa kali dan oksigen dalam darah mengalir lancar dari jantung ke otak serta ketenangan mulai meliputiku, entah bagaimana aku bisa mendengarkan suara hati. Semakin cepat aku menjadi tenang, semakin cepat aku mampu mengenali petunjuk. 


Harta paling berharga yang bisa dimiliki seorang makhluk hidup adalah napas yang disediakan oleh Sang Pencipta secara gratis. Bernapas secara sadar merupakan jalan menuju kedamaian hati. Bagiku, bernapas benar memampukan aku untuk menikmati hidup di saat ini (live in the present moment).


Feelings come and go like clouds in a windy sky.  Conscious breathing is my anchor ~ Thich Nhat Hanh 







Senin, 12 Desember 2011

MENAMPAKKAN DIRI DI TENGAH HUJAN

Satu hal yang paling aku sesalkan di Ubud adalah hampir tidak adanya transportasi umum seperti bemo dan taksi argo. Untuk keperluan mobilitasku aku harus berlangganan ojek wisata yang ongkosnya 3x lipat ongkos ojek di Manokwari. Persewaan kendaraan memang tersedia di mana-mana. Tetapi saat ini sulit bagiku untuk mengendarai sepeda atau sepeda motor atau menyetir mobil sendiri dengan perut yang sudah besar. Aku putuskan untuk jarak dekat aku berjalan kaki - sekalian berolah raga - dan untuk jarak yang lebih jauh aku naik ojek. 


Hari ini aku berencana ke department store. Waktu keluar rumah cuaca cerah sehingga aku memutuskan berjalan kaki dengan santai. Nanti pulang berbelanja baru aku minta ojek langganan untuk menjemput. Tidak aku sangka hujan turun dengan deras siang ini. Aku menunggu beberapa saat. Rasanya hujan ini bakal lama. Lalu aku mengirim SMS ke ojek langganan, minta dijemput. Karena tidak mempunyai jas hujan ojekku menolak untuk menjemputku. Aku bisa mengerti alasannya. Daripada sakit karena hujan. Akhirnya aku memutuskan berjalan kaki lagi. Kebetulan aku juga baru membeli jas hujan. Ya sekalian dicoba.


Aku memakai jas hujan baruku, kemudian membagi belanjaanku menjadi dua sama berat sehingga aku bisa membawanya dalam kondisi seimbang. Setelah aku merasa aman dengan belanjaanku aku mulai melangkah menembus hujan. Aku berjalan perlahan dan berusaha hanya berfokus pada langkah-langkahku saja. Setiap kali muncul pikiran mengasihani diri seperti : "Seandainya tidak hujan" / "Seandainya suamiku sudah ada di sini" / "Seandainya ada taksi argo" aku tepis jauh-jauh karena pikiran-pikiran seperti itu bisa membahayakan langkahku. Aku berjalan kira-kira 500 meter dan tiba-tiba aku mendengar suara beberapa perempuan berteriak dari dalam toko, "Butuh taksi? Butuh transportasi?" Aku segera menghampiri sumber suara tersebut. Ada 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki sedang duduk di dalam toko. Aku menjawab, "Iya. Berapa ongkosnya?" Mula-mula aku pikir angkutan ojek lagi. Ternyata sebuah mobil sejenis Carry dan ongkosnya hanya selisih Rp 5.000,- dari ongkos ojek. 


mobil.kapanlagi.com
Di dalam mobil aku berkata dalam hati, "Seperti ini transportasi yang aku butuhkan selama di Ubud." Aku tidak memerlukan mobil mewah, ber-AC dan full music. Aku membutuhkan transportasi yang bersopir, aman, nyaman, dan ekonomis. Tanpa menyia-nyiakan waktu aku segera meminta nomor handphone sopir tersebut. Pak sopir memberiku kartu namanya. 


Ketika merenungkan pengalamanku hari ini aku teringat salah satu daily affirmation dari Dr Wayne Dyer : "Ketika pikiran kita berfokus pada present moment/saat ini maka segala sesuatu yang kita butuhkan akan menampakkan diri". Hari ini alat transportasi yang aku butuhkan menampakkan dirinya kepadaku di tengah-tengah hujan deras.