Minggu, 22 Januari 2012

IBU ROBIN LIM - TENAGA KESEHATAN YANG SPESIAL

Salah satu impianku adalah melahirkan dengan kantong ketuban yang utuh. Atau paling tidak baru pecah ketika bayi siap meluncur. Sejak hari Rabu yang lalu aku dikuatirkan bahwa ada kemungkinan kantong ketubanku sudah bocor. Dua kali aku memeriksakan diri ke Bumi Sehat dengan hasil negatif. Artinya cairan yang keluar itu bukan air ketuban. Demi meyakinkan lagi maka aku diminta untuk USG. Aku merasa sangat beruntung memiliki seorang tenaga kesehatan seperti Ibu Robin Lim. Cara beliau memeriksaku benar-benar menenangkan. Setiap kali akan melakukan leopold di perut, Ibu Robin selalu berkata, "Hi, Baby, I love you." Pada saat USG pun kata-kata yang keluar dari mulut Ibu Robin tidak membuatku stres. Ibu Robin berpendapat bahwa air ketubanku mulai berkurang dan menyarankan aku untuk mendapatkan akupunktur dari dr. Bobby. Bukan sekedar menyarankan, bahkan Ibu Robin segera menelepon dr. Bobby untuk menerimaku di rumahnya. Rumah dr. Bobby tidak jauh dari klinik Bumi Sehat. Pada hari Minggu, yang seharusnya hari libur bagi dr. Bobby, aku mendapatkan treatment untuk menambah air ketuban sekaligus menstabilkan tekanan darahku. 

Kadang-kadang aku bertanya apakah Ibu Robin Lim ini manusia atau malaikat. Beliau memiliki cinta yang berlimpah. Setiap orang diperlakukan sama hangatnya. Diperhatikan dengan sepenuh hati walaupun Ibu Robin sedang sibuk. Maka tidak mengherankan jika banyak pasien lebih suka diperiksa oleh Ibu Robin. Bukan karena bidan-bidan lain tidak sepandai Ibu Robin tetapi karena aura beliau sangat menenangkan. Ketenangan itulah yang sangat dibutuhkan oleh setiap ibu hamil ketika kondisi yang mencemaskan sedang terjadi. 

Aku menyadari untuk menjadi seorang tenaga kesehatan seperti Ibu Robin tidaklah mudah. Seperti yang pernah dikatakannya bahwa bukan hanya dibutuhkan keterampilan, tetapi juga seni dan spiritualitas. Dari Ibu Robin aku belajar bahwa untuk memiliki hati penuh cinta aku memerlukan spiritualitas, seni, dan keterampilan dalam menjalani hidup ini. Aku bersyukur pernah mengenal seorang Robin Lim.

Kamis, 19 Januari 2012

BERTEMU NIA, THE MASSEUR VOLUNTEER

Saat itu aku sedang duduk sendirian di sofa yang berada di depan kantor Bumi Sehat. Mbak Eka - asisten Ibu Robin dalam urusan administrasi - tiba-tiba memanggilku dan bertanya,

"Besok mau datang lagi ke sini?"

"Ada acara apa, Mbak?" tanyaku. Aku berpikir mungkin ada kegiatan yang bisa aku ikuti.

"Aku mau kasih terapi pijat dari volunteer baru," jelas Mbak Eka sambil menunjuk seorang perempuan bule di sampingnya yang sedang sibuk mengisi formulir.

Sebelum aku menjawab, Mbak Eka sudah bertanya kepada sang bule itu,

"Can you start today or tomorrow?"

"I can start today. But how about the oil?" 

"Don't worry, we have some oil here and this is your first patient," aku pun diperkenalkan kepada bule itu. Dia bernama Nia, berasal dari Swiss. Mulai hari itu Nia akan menjadi pemijat sukarelawan bagi ibu hamil dan bayi.

Kami memakai ruang periksa kehamilan yang sedang kosong sebagai tempat terapi.

"I want you to massage my legs and back only," kataku agak waspada karena selama hamil tidak pernah dipijat.

"It's okay," jawab Nia, "Before I begin, I will put my hands on your belly for a while to make a connection with your body."

Maka mulailah aku diterapi. Sepanjang terapi aku bertanya banyak hal kepada Nia. Mulai dari mengapa dia memilih menjadi seorang masseur sampai tentang kondisi diriku. Nia bercerita bahwa menjadi seorang masseur adalah panggilan hidupnya. Pada saat berpraktek di Swiss, dia hanya menerima 7 - 8 pasien sehari karena dia lebih suka mendalami kondisi setiap pasiennya daripada hanya sekedar memijat. Tentang diriku, Nia berkata bahwa mataku menunjukkan aku seorang yang memiliki hati damai. Tetapi wajahku menandakan bahwa aku seorang pemikir yang otaknya terus ribut. Aku hanya bisa tertawa dan menyetujuinya. Sejujurnya aku masih kesulitan membuat otakku tenang dan kondisi ini menyebabkan energi di tubuhku tidak mengalir secara lancar. Nia menyarankan selain dengan pijat, sebelum tidur aku harus bermeditasi selama 30 menit untuk masuk ke dalam diriku sendiri dan menenangkan pikiran sampai aku tertidur.

Pijatan Nia mengingatkanku pada pijatan seorang ibu-ibu Jawa di Manokwari. Untuk ibu-ibu itu aku harus membayar Rp 250.000,- / 2 jam pemijatan. Beruntungnya diriku karena Nia seorang volunteer. Seandainya harus membayar, aku rasa tukang pijat bule akan memasang tarif lebih mahal.

"Your baby is strong. Nothing to be worried and thank you for becoming my first patient," kata Nia pada saat dia menyelesaikan 1 jam terapi.

Aku hanya bisa memeluknya sambil mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.

"Always be grateful because you are here now," pesan Nia kepadaku.

"Thank you, Nia. Thank you, Mbak Eka. Thank you, Bumi Sehat. Thank you, God."


Rabu, 11 Januari 2012

MEMBACA BUKU TENTANG POSTPARTUM

Ibu Robin Lim bukan sekedar bidan tetapi juga seorang penulis. Aku sudah membaca dua buku tulisan beliau yaitu Placenta The Forgotten Chakra (Tentang plasenta) dan Eating For Two (Panduan nutrisi dan resep-resep untuk ibu hamil dan menyusui). Saat ini aku baru saja menyelesaikan buku beliau yang berjudul After The Baby's Birth... A Woman's Way To Wellness - A Complete Guide for Postpartum Women. Buku dengan 372 halaman ini aku baca dalam waktu hampir 10 hari. Yang bisa aku katakan tentang isinya adalah..... luar biasa. Walaupun selama hamil selera membacaku menurun drastis tetapi buku Ibu Robin tentang postpartum ini mampu membuatku bernafsu melahap isinya sampai tertidur. 


Buku-buku karya Ibu Robin Lim




Sepanjang ingatanku sudah banyak buku tentang merawat kehamilan dalam bahasa Indonesia. Begitu pula buku-buku panduan mengasuh bayi baru lahir. Tetapi aku hampir tidak pernah menemukan buku tentang postpartum. Kalaupun ada buku tersebut lebih sering ditujukan untuk tenaga kesehatan daripada untuk awam. Buku After The Baby's Birth... A Woman's Way To Wellness adalah pengecualiannya. Walaupun ditulis dalam bahasa Inggris, buku ini ditujukan untuk para ibu sendiri - perempuan-perempuan yang akan dan sudah melahirkan. Secara gamblang Ibu Robin menjelaskan tentang apa saja yang sedang dan bisa terjadi selama masa postpartum, baik secara fisik maupun emosi, dan cara mengatasinya. 


Aku selalu tertarik pada herbal dan buku ini juga berisi informasi tentang herbal yang bisa digunakan selama masa postpartum. Seandainya aku membaca buku ini di Manokwari, aku akan merasa frustrasi karena herbal-herbal yang disebutkan tidak tersedia dengan mudah. Beruntung sekali aku sekarang di Ubud, pusat herbal pulau Bali. Semua herbal yang tertulis di buku ini bisa aku dapatkan dengan mudah. Tidak lupa Ibu Robin  menyelipkan resep Maui's Midwives' Postpartum Brew yang jika diikuti secara benar maka ibu akan mengalami masa nifas hanya 1 minggu, penyembuhan lebih cepat, proses menyusui yang lebih lancar, dan perasaan sehat secara keseluruhan. Untuk saat ini aku sudah mulai mengkonsumsi Red Raspberry Tea (dalam bahasa Bali disebut Gung-gung) yang sudah lama dikenal bagus untuk wanita terutama ibu hamil di bulan-bulan terakhir. 


Di chapter 17, Ibu Robin memasukkan cukup banyak pengalaman postpartum dari berbagai ibu. Mereka membagikan kesulitan dan kebahagian yang dirasakan selama masa postpartum dengan terbuka. Cerita mereka membuatku terharu dan juga terinspirasi karena mereka semua perempuan yang kuat.


After The Baby's Birth... A Woman's Way To Wellness menyodorkan sebuah kesimpulan di kepalaku yaitu untuk menjadi sehat, seorang bayi/anak membutuhkan ibu yang mengerti bagaimana menjaga kesehatan (wellness) dirinya sendiri. Aku yakin pesan inilah yang ingin disampaikan Ibu Robin kepada para perempuan. Seperti beliau sendiri yang sampai usia 55 tahun ini, sudah melahirkan 5 anak, membesarkan 8 anak, serta membantu kelahiran ribuan bayi, masih terlihat sehat, enerjik, ceria dan penuh cinta. 


Semua buku Ibu Robin Lim bisa dipesan langsung di Bumi Sehat, Ubud, Bali.


"You were pregnant for nine months; you are postpartum for the rest of your life." -- Robin Lim

Rabu, 04 Januari 2012

MASUK GUA

Minggu ini aku memasuki usia kehamilan 36 minggu atau 9 bulan. Bayiku sudah bisa dilahirkan kata Bidan Robin Lim ketika memeriksaku. Aku sendiri mulai merasa lebih siap untuk bertemu anakku dibandingkan bulan-bulan yang lalu. Sembilan bulan perjalanan yang panjang dengan banyak perubahan yang aku alami. Mulai dari perubahan fisik, emosi sampai perubahan tempat tinggal yang mana semuanya tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.


pctalk.info
Usia 36 minggu rasanya tepat bagiku untuk 'masuk gua'. Dengan lebih banyak meluangkan waktu bermeditasi, relaksasi, hypnobirthing, berjalan kaki, dan berkomunikasi dengan janin dan tubuhku. Informasi yang aku kumpulkan bulan demi bulan rasanya sudah cukup dan saat ini aku akan berdiet informasi agar pikiranku tetap fokus dan tenang. 


Aku tidak tahu dengan pasti apakah anakku nanti akan bershio kelinci atau naga. Yang penting dia lahir dalam kasih sayang baik dari aku, ayahnya, maupun tenaga medis yang menolong kami. Harapanku terhadap anakku adalah agar kehadirannya di muka bumi menjadi pembawa cinta dan perdamaian yang mampu menyembuhkan bumi ini. 


Gentle birth heals the Mother Earth. -- Bumi Sehat