Rabu, 08 Februari 2012

CERITA KELAHIRAN LOUIS

Sejak awal kehamilan, aku memiliki sejumlah alasan yang bisa dipakai oleh dokter kandungan untuk menyarankanku bersiap-siap melahirkan secara sesar. Usiaku sudah 36 tahun, mengalami infertilitas selama 8 tahun, mata minus tinggi, dan dari hasil USG dokterku mendapati ada miom yang tumbuh bersama janin. Tetapi rupanya aku juga seorang yang beruntung karena tidak menganggap pendapat dokter itu harga mati. Aku beruntung menemukan informasi tentang Bumi Sehat. Aku beruntung memiliki tekad dan keberanian yang besar untuk pergi ke Ubud ketika usia kehamilan menginjak 7 bulan. Aku beruntung memiliki sumber daya cukup untuk mendukung kehidupanku selama di Ubud. Aku beruntung memiliki suami yang menghormati keinginanku mengikuti kata hati. 


Keberuntungan itu mengalami puncaknya pada tanggal 27 Januari 2012. Tiga hari lebih cepat daripada HPL anakku, Louis Zion Roring. Aku mengalami kontraksi yang semakin intens sejak  26 Januari 2012 pukul 16.00 WITA. Louis lahir 9 jam kemudian. 


Louis tidak jadi lahir di air meskipun aku sudah sempat masuk ke dalam bak. Bidan Robin duduk di dekat kakiku. Suamiku duduk dekat kepalaku dan menjadi sandaran. Beberapa bidan lain duduk di tempat tidur sebelah. Sambil menunggu kontraksiku datang mereka mengobrol dan memberi semangat kepadaku. Sesekali seorang bidan memberiku 2 sendok madu penambah kekuatan. Atau minum air yang sudah dicampur dengan chloropyl. 


Louis meluncur dari rahimku dan ditangkap oleh Bidan Robin. Aku sempat mendengar tangisnya sebentar. Lalu Bidan Robin meletakkannya di atas perutku. Aku merasakan anakku seperti makhluk licin yang bergerak. Rasanya lega luar biasa. Semua mulas-kontraksi hilang tidak berbekas. Aku memeluknya sambil tertawa. Karena kami belum melihat jenis kelaminnya maka suamiku bertanya. Bidan Robin menyuruh suamiku untuk mengecek sendiri. Mendapati bahwa bayi kami adalah laki-laki, suamiku girang. Katanya dia sudah pernah bermimpi bahwa anak kami laki-laki.


Melahirkan plasenta merupakan bagian yang paling tidak mengenakkan bagiku. Mungkin karena pada kehamilan muda aku sempat mengkonsumsi obat penguat kandungan maka plasentaku harus diambil secara manual. 


Setelah semuanya selesai aku, Louis, dan suamiku tidur bertiga di satu tempat tidur. Lelah tapi tidak bisa memejamkan mata karena bahagia. 


Dulu banyak orang memandangku dengan iba karena belum hamil juga. Mereka menganggap kehamilanku terlambat. Kehamilanku tidak terlambat. Kehamilanku terjadi pada saat yang tepat karena dengan kehamilan ini aku mendapat kesempatan bertemu seorang berhati malaikat, Bidan Robin Lim.

4 komentar:

  1. Selamat cie,
    Selamat atas penantian, usaha, dan doa yg selama ini.. Tuhan memberikan semua pada waktunya...

    BalasHapus
  2. congrats buat keponakan! muach ...
    from : nit

    BalasHapus
  3. Mbak mau tanya. Waktu itu dengan jahitan ato tanpa jahitan?. Trims

    BalasHapus
  4. Mbak mau tanya. Waktu itu dengan jahitan ato tanpa jahitan?. Trims

    BalasHapus