Jumat, 02 Maret 2012

BERJUANG KARENA CINTA

Hari-hariku di Ubud semakin mendekati akhirnya. Sebelum habis bulan Maret ini kami sudah akan berangkat ke Surabaya. Segala sesuatu memang ada awal dan ada akhir. Dan aku pun harus rela melepaskan Ubud dan segala yang ada di dalamnya untuk mulai menjalani babak baru kehidupan di Surabaya. 


Di Ubud aku sudah melewati banyak hal, meraih banyak impian, dan mendapatkan banyak pengalaman. Cita-citaku untuk melahirkan sealami mungkin sudah tercapai. Ternyata aku bisa melahirkan tanpa harus mengalami intervensi medis yang tidak perlu seperti induksi, episiotomi, dan operasi sesar. Bayiku pun mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu IMD, dekapan hangat ibunya dan Lotus Birth. Aku selalu tersenyum mengingat proses melahirkan yang aku dapatkan  karena semua berjalan alami, tanpa trauma. Babak pertama selesai.


Babak kedua dimulai yaitu proses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun. Perjuangan babak kedua ini lebih berat daripada yang pertama. Jika pada perjuangan pertama aku hanya perlu mendekatkan diri sedekat mungkin dengan birth provider yang menjalankan prinsip gentle birth maka di perjuangan kedua aku harus mulai mencari lagi pendukung ibu menyusui. Orang-orang di sekitarku, keluargaku sering memberi saran yang berlawanan. Mereka berpendapat bahwa ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi. "Lihat tuh, bayimu masih menangis. Berarti ASI-mu tidak cukup. Kasih susu kaleng juga." Hancur hatiku mendengarkan kata-kata mereka. Kalau memang ASI-ku kurang mengapa mereka tidak membantuku untuk menghasilkan ASI yang lebih banyak? Mengapa malah menyarankan susu kaleng untuk anakku? Karena kepikiran kata-kata tersebut aku mengalami baby blues dan terkena mastitis. Di saat-saat lemah itu dukungan dari Bumi Sehat masih tetap aku dapatkan. Dukungan untuk terus menyusui dan pengobatan bagi kelemahan tubuh dan mentalku melalui akupunktur dan craniosakralSaat ini aku sudah mendapatkan kontak ke Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) untuk Jawa Timur yang berkantor di Surabaya. Itulah dukungan yang aku peroleh selepas dari Ubud. 


Aku percaya pada kekuatan cinta. Dengan dasar cinta aku berjuang melahirkan sealami mungkin. Aku berjuang menyusui bayiku juga dengan motivasi cinta, untuk memberikan yang terbaik. Cinta akan selalu mempunyai dukungan, di mana pun dan kapan pun. Aku hanya perlu tenang agar bisa mendengarkan petunjuk yang sudah tersedia dalam hatiku dan memenuhi hatiku dengan cinta akan membuatku mampu mengusir semua ketakutan.


1 komentar:

  1. Jangan mau dikecilkan karena menyusui penuh selama 2 tahun itu hal besar dan mulia.
    Abaikan suara-suara minor, kau lebih ahli daripada aku. Semangat.
    *yg kayak duhita yg dulunya impulsif aja diizinkan ALlah menyusui si sulung 2 tahun penuh koq apalagi kau yg tenang & calm*
    Semangat

    BalasHapus