Minggu, 12 Februari 2012

SOSOK SEORANG 'NENEK'

Tidak ada yang bakal menyangkal kalau aku bilang bahwa aku seorang perempuan mandiri. Bagi orang-orang yang mengetahui bagaimana aku berangkat dari Manokwari ke Ubud biasanya berpikir entah aku nekad atau pemberani atau mandiri atau agak gila. Ya aku akui aku memang......mandiri :-D Aku sudah membayangkan bagaimana nanti setelah melahirkan. Aku merencanakan segala sesuatu secara detil agar nantinya aku tidak kesulitan dan tidak perlu merepotkan orang lain.

Tetapi ketika baru melahirkan, dalam kondisi fisik masih lelah dan sudah ada makhluk mungil yang sangat tergantung padaku, semua kemandirianku itu runtuh sampai titik terendah. Aku harus mengakui aku membutuhkan bantuan dan kehadiran seseorang yang lain selain suami, yaitu ibuku. Aku rindu melepaskan semua kepenatanku sehabis melahirkan kepadanya karena aku yakin dia mengerti apa yang aku rasakan sama seperti yang pernah dirasakannya ketika melahirkan diriku. Namun sayang ibuku sudah berpulang 4 tahun yang lalu. 

Walaupun begitu aku masih termasuk beruntung karena Ibu Robin bukan hanya berperan sebagai bidan melainkan juga sebagai ibu bagiku dan nenek bagi anakku. Seperti ketika suatu malam anakku menangis sedangkan aku dan ayahnya tidak mampu menghentikan tangisannya, dekapan Ibu Robin bisa membuat dia menjadi tenang. Aku bertanya bagaimana mungkin hal itu terjadi. Ibu Robin hanya menjawab, "Ini ilmunya nenek." Pada saat tiba waktunya bagiku untuk meninggalkan klinik, Ibu Robin mengundangku untuk beristirahat di rumahnya yang nyaman selama beberapa hari. Berada di dekatnya menumbuhkan rasa percaya diri bagi orang tua baru seperti aku dan suami. Setelah dua hari akhirnya kami berani membawa Louis pulang.

Menjadi ibu membuat seorang perempuan berada dalam kondisi puncak dan lembah, merasa kuat sekaligus rapuh.


Rabu, 08 Februari 2012

'BAG OF TRICKS' - NYA BIDAN ROBIN LIM

Sehari setelah melahirkan Louis, ASI-ku belum lancar. Sebenarnya kondisi ini wajar. ASI akan lancar setelah 3 hari asalkan disusukan terus. Tetapi tangisan Louis yang mirip anak kelaparan membuat aku dan suamiku kuatir. Sampai-sampai suamiku menyarankan agar meminta teman sekamarku yang ASI-nya sudah lancar untuk menyusui Louis. Mula-mula aku enggan tapi akhirnya aku menyerah juga mendengar tangisan Louis. 


Dua malam aku tidak bisa tidur karena berusaha menenangkan Louis. Bidan-bidan di Bumi Sehat sudah diinstruksikan oleh Bidan Robin untuk mengompres payudaraku dengan parutan jahe. Tapi belum berhasil. Sampai pada malam ketiga suamiku sudah mau ke supermarket membeli susu formula dan aku menelepon Bidan Robin. "I'm coming, Tjandra," kata-kata ini seperti air sejuk bagiku. Bidan Robin datang dan segera menenangkan Louis. Louis pun tenang dalam gendongannya. Aneh sekali. Bidan Robin berkata bahwa yang membuat Louis tidak nyaman adalah ketidaknyamanan yang aku rasakan. Aku sebagai ibunya harus merasa nyaman. Aku segera ke kamar mandi dan mencuci muka. Ketika hendak menyisir rambut, Bidan Robin berkata bahwa aku tidak perlu berusaha terlihat cantik di depan anakku karena baginya aku sudah cantik, aku hanya perlu tenang dan nyaman. Lalu Bidan Robin memintaku berbaring dan Louis diletakkan di sampingku untuk menyusu. 


Tiba-tiba Bidan Robin seperti teringat sesuatu. Untuk malam itu Bidan Robin meminta suamiku membeli sekaleng bir hitam. Katanya bir bisa memperbanyak ASI dan membuatku lebih tenang. Suamiku segera mencari bir. Meskipun dia melarangku menghabiskan semuanya tapi setengah kaleng bir hitam cukup membuatku bisa tidur malam itu. Trik ini memang bukan trik sehat hanya saja tepat untuk aku pada saat itu.


Hari berikutnya Bidan Robin sendiri mengompres payudaraku dengan parutan jahe yang ternyata harus diberi air hangat lalu dengan menggunakan handuk baru dikompreskan. Dan ini bisa digunakan juga pada saat ibu menyusui mengalami panas dingin karena payudara penuh. Bidan Robin memberiku pelajaran menyusui selama kurang lebih 2 jam dan sejak saat itu Louis bisa menikmati ASI-ku dengan tenang.


Itulah 2 trik dari begitu banyak trik yang dimiliki Bidan Robin Lim dalam menolong ibu dan anak.

CERITA KELAHIRAN LOUIS

Sejak awal kehamilan, aku memiliki sejumlah alasan yang bisa dipakai oleh dokter kandungan untuk menyarankanku bersiap-siap melahirkan secara sesar. Usiaku sudah 36 tahun, mengalami infertilitas selama 8 tahun, mata minus tinggi, dan dari hasil USG dokterku mendapati ada miom yang tumbuh bersama janin. Tetapi rupanya aku juga seorang yang beruntung karena tidak menganggap pendapat dokter itu harga mati. Aku beruntung menemukan informasi tentang Bumi Sehat. Aku beruntung memiliki tekad dan keberanian yang besar untuk pergi ke Ubud ketika usia kehamilan menginjak 7 bulan. Aku beruntung memiliki sumber daya cukup untuk mendukung kehidupanku selama di Ubud. Aku beruntung memiliki suami yang menghormati keinginanku mengikuti kata hati. 


Keberuntungan itu mengalami puncaknya pada tanggal 27 Januari 2012. Tiga hari lebih cepat daripada HPL anakku, Louis Zion Roring. Aku mengalami kontraksi yang semakin intens sejak  26 Januari 2012 pukul 16.00 WITA. Louis lahir 9 jam kemudian. 


Louis tidak jadi lahir di air meskipun aku sudah sempat masuk ke dalam bak. Bidan Robin duduk di dekat kakiku. Suamiku duduk dekat kepalaku dan menjadi sandaran. Beberapa bidan lain duduk di tempat tidur sebelah. Sambil menunggu kontraksiku datang mereka mengobrol dan memberi semangat kepadaku. Sesekali seorang bidan memberiku 2 sendok madu penambah kekuatan. Atau minum air yang sudah dicampur dengan chloropyl. 


Louis meluncur dari rahimku dan ditangkap oleh Bidan Robin. Aku sempat mendengar tangisnya sebentar. Lalu Bidan Robin meletakkannya di atas perutku. Aku merasakan anakku seperti makhluk licin yang bergerak. Rasanya lega luar biasa. Semua mulas-kontraksi hilang tidak berbekas. Aku memeluknya sambil tertawa. Karena kami belum melihat jenis kelaminnya maka suamiku bertanya. Bidan Robin menyuruh suamiku untuk mengecek sendiri. Mendapati bahwa bayi kami adalah laki-laki, suamiku girang. Katanya dia sudah pernah bermimpi bahwa anak kami laki-laki.


Melahirkan plasenta merupakan bagian yang paling tidak mengenakkan bagiku. Mungkin karena pada kehamilan muda aku sempat mengkonsumsi obat penguat kandungan maka plasentaku harus diambil secara manual. 


Setelah semuanya selesai aku, Louis, dan suamiku tidur bertiga di satu tempat tidur. Lelah tapi tidak bisa memejamkan mata karena bahagia. 


Dulu banyak orang memandangku dengan iba karena belum hamil juga. Mereka menganggap kehamilanku terlambat. Kehamilanku tidak terlambat. Kehamilanku terjadi pada saat yang tepat karena dengan kehamilan ini aku mendapat kesempatan bertemu seorang berhati malaikat, Bidan Robin Lim.